Menyambut Aha Moment Dengan Bahasa Cinta

Posting Komentar

Selama menjadi orangtua, saya mengalami banyak sekali diskusi panjang yang sering tak selesai. Bukan karena lack of skill tetapi lebih ke maturity. Anak tak selalu menjadi subyek penanggungjawab minimnya kedewasaan. Terkadang malah kami sendiri yang menjadi subyeknya.tak mudah, sungguh, mengakui bahwa saya terkadang kalah dengan ego sendiri. Tetapi saya senang hati berlindung dengan kalimat’ Parenting is never ending learning










Nah, problematika paling krusial di Omah Susindra adalah GADGET. We are so addict to it. Kami sadar betul bahwa gawai telah memperbudak kami – di saat tertentu.kami butuh meninggalkannya perlahan. Yang perlahan ini kadang terlupakan sejenak. Oh Gusti…. Ini perjuangan yang entah sampai kapan baru bisa dimenangkan. Saya sangat menyadari bahwa DnB, dua anak saya, terkadang sulit mengerti bahwa sebagai blogger influencer di media sosial, dan ibu pembelajar di komunitas Ibu Profesional, saya harus sering memegang Android. Sebagai penulis, saya sering duduk anteng di depan laptop, berjam-jam, kadang lupa diri.





Sore ini, seperti sore yang biasanya, anak-anak memegang gadget. Destin dengan tablet dan Binbin dengan laptop. Saya dan suami pun tak mau kalah. Kami memegang android kami dan bersosialisasi di WaG. Ah.. sore yang sangat khas. Bagaimana mengubahnya menjadi sesuatu yang baru? Saya pandang 3 laki-laki kecintaan yang sedang asyik memegang gadget. Tiba-tiba Binbin si bungsu bertanya, “Mama, air mendinginkan ruangan ya?”





Sore ini, seperti sore yang biasanya, anak-anak memegang gadget. Destin dengan tablet dan Binbin dengan laptop. Saya dan suami pun tak mau kalah. Kami memegang android kami dan bersosialisasi di WaG. Ah.. sore yang sangat khas. Bagaimana mengubahnya menjadi sesuatu yang baru? Saya pandang 3 laki-laki kecintaan yang sedang asyik memegang gadget. Tiba-tiba Binbin si bungsu bertanya, “Mama, air mendinginkan ruangan ya?”





Aha! Saatnya diskusi!Dan kami pun terlibat kegiatan mencari informasi bersama dan bergantian menjelaskan.





Apakah semudah itu? Tentu tidak.


Ada 2 poin utama melandasi kesuksesan forum komunikasi sore lalu.


1. Ide diskusi dimulai dari anak, sehingga mereka mempunyai motivasi dari dalam.


2. Bahasa cinta DnB adalah bahasa sentuhan.





Jadi, saya langsung mendekatinya dan memeluk sebagai tanda bahagia mendengar idenya. Perihal itu, saya merujuk pada Bahasa Cinta Anak menurut Gary Chanpan & Ross Campbell dari buku The Five Love Languages of Children. Saya mendapatkannya dari review & camilan kuliah Bunda Sayang level 1 Komunikasi Produktif.


Berikut cara memberikan bahasa cinta pada anak yang lebih suka berupa Sentuhan Fisik:



  • Saat bertemu dan berpisah dengan si kecil, berilah pelukan.

  • Saat si kecil stres, beri belaian untuk menenangkannya.

  • Peluk dan cium si kecil saat ia tidur malam dan bangun pagi.

  • Setelah mengajar disiplin pada si kecil, beri pelukan sejenak dan jelaskan bahwa pengajaran yang diberikan adalah untuk kebaikannya dan Anda tetap sayang padanya.

  • Saat memilih hadiah untuknya, beri benda yang dapat ia pegang/peluk, seperti bantal, boneka, atau selimut.

  • Saat menghabiskan waktu bersama si kecil, seperti menonton televisi bersama, duduklah berdekatan dengannya, sambil berpelukan.

  • Sering-seringlah bertanya padanya apakah ia mau digandeng atau dipeluk.Apabila ia terluka, pegang dan peluk mereka untuk memberi kenyamanan



Cukup banyak, kan, contoh membahasakan cinta pada anak. Coba kenali deh, apa bahasa cinta ananda. Kalau penasaran, silakan googling ya.




Related Posts

Posting Komentar