(Free Printable) Cara Mengajari Anak Perbedaan Kebutuhan dan Keinginan

3 komentar



Masih di tema ANAK CERDAS FINANSIAL, dan masih di subtema Literasi keuangan untuk anak. Kali ini, saya akan menuliskan tentang cara mengajari anak perbedaan kebutuhan dan keinginan. Tema dan subtema ini menjadi menarik karena sebagai ibu, saya merasa perlu belajar kembali tentang cara cerdas mengatur uang sembari mengajarkannya pada anak. Ini adalah bagian dari apa yang disebut teaching by doing.








Saya bukan ibu atau orangtua yang serba tahu. Saya malah lebih sering menantang diri sendiri untuk mempelajari sebuah pengetahuan tematik di satu waktu untuk menambah pengetahuian. Bahasa kerennya adalah menambah jam terbang.








Pada pembuka tema saya menuliskan tentang cara mengajarkan anak kecerdasan finansial sejak dini. Saya mengutip 5 cara/tips dari materi kuliah Bunda Sayang, dan memecah setiap poin ke dalam satu postingan sambil memahamkan anak tentangnya. 2 hari lalu saya sudah menulis tips pertama, yaitu cara memahamkan anak pada konsep rezeki itu pasti, kali ini saya mengajarkan tips kedua yaitu Berdialog tentang kebutuhan dan keinginan dengan anak sebagai ikhtiar lanjutan. Ada sebuah pengayaan yaitu mengajari anak 6 konsep uang.










Perbedaan antara kebutuhan dan keinginan sebenarnya tidaklah sulit. Hanya saja, beberapa dari kita, ayah bunda, gagal mengajarkan melalui perilaku harian. Bisa jadi karena kita begitu mencintai anak, sampai lupa bahwa perilaku kita ditiru. Mengajarkannya pun menjadi sedikit ragu. Saya merasakan hal itu. Ketika saya mencari kata untuk menjelaskannya, terbayang beberapa kesalahan finansial yang saya perbuat di depan anak. Mungkin Ayah Bunda juga merasakannya nanti. Tetapi jangan sampai mencegah diri untuk tidak melakukannya. Ingat:


Anak yang cerdas finansialnya akan menjadi orang dewasa yang pandai melihat peluang ekonomi di masa mendatang






Jadi… saya pun memulai dengan definisi kebutuhan dan keinginan.





Kebutuhan adalah sesuatu yang harus ada. Adakalanya kita bisa menunda memiliki beberapa waktu, tetapi tanpanya kita akan mengalami beberapa kesulitan. Contohnya adalah rumah, makanan pokok, pakaian penutup tubuh, tas dan alat sekolah, alas tidur, dan perlengkapan tugas sekolah yang harus dipenuhi agar tidak dihukum di sekolah. Ketika menjelaskan ini, anak mungkin akan membuat terperangah karena membayangkan benda sama dengan kualitas berbeda.





Diskusi lebih intens dibutuhkan di sini. Perlu dijelaskan antara fungsi dan dekorasi. Rumah kita lebih utama daripada rumah tetangga yang bertingkat, misalnya, lol. Layani pertanyaan atau pernyataan anak yang mungkin membuat Ayah Bunda lelah.





Biarkan anak benar-benar paham konsep ini. Jangan sampai ‘keinginan’ ikut masuk ke ranah kebutuhan, misalnya seperti, “Mama, aku butuh makan ayam goreng crispy siang ini,” padahal lauk yang saya adalah ayam kecap. Meskipun, ini bisa menjadi awal yang baik untuk menjelaskan apa itu ‘keinginan’.





Definisi Keinginan adalah sesuatu yang kita inginkan tetapi pemenuhannya bisa ditunda atau malah tidak perlu dituruti.





Misalnya,


1. Ingin jalan-jalan ke kota Semarang.


2. Ingin makan pizza


3. Ingin membeli baju baru


4. Ingin bermain game online di HP


5. Ingin menonton TV


6. Dll





Saya menjelaskan ke anak bahwa 6 contoh di atas bisa ditunda dalam tempo yang disepakati atau malah tidak perlu dituruti sama sekali karena beberapa pertimbangan.





Jiks ingin memberikan pengayaan pada anak, silakan simpan dan cetak tes sederhana di bawah ini. Semoga cukup membantu.










Mengajarkan anak mengenali perbedaan keinginan dan kebutuhan tidak memerlukan waktu yang khusus karena bisa dilakukan sewaktu-waktu. Tetapi akan lebih mudah jika anak praktik langsung di saat itu juga. Bisa melalui lisan, bisa juga dengan tulisan.

Related Posts

3 komentar

  1. Allhamdulillah lagi-lagi saya serasa diingatkan dengan ilmu ini. Terima kasih mba ?

    BalasHapus
  2. Luarbiasa. Edukatif bgt mba..
    Tugas orangtua emang susah ya. Apalagi soal ngasih pemahaman ke anak.

    BalasHapus
  3. benar sekali mbak
    sejak dini pengenalan ini harus dimulai karena agar ssat besar nanti bisa merencanakan keuangan dengan baik
    paling tidak mencegah perilaku hedonis dan konsumtif

    BalasHapus

Posting Komentar