Tak terasa sudah tanggal 1 Februari 2018 saja. Sudah saatnya menjawab tantangan di Kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional. Alhamdulillah sudah level 8. Horeeee….. Sudah 2/3 materi terlampaui. InsyaAllah lulus dan wisuda. Aamiiin!
Tantangan bulan ini adalah mengajarkan pada anak tentang Cerdas Finansial Sejak Dini. Saat mendapat bahan pertama kali langsung, “Waduh!”
Ini akan menjadi tantangan yang sangat berat bagi saya. Destin dan Binbin mulai sulit mengatur uang saku mereka. Mulai boros karena sering menganggarkan ke kolam renang Alamoya bareng teman-teman geng mereka. Hadah….
Etapi ya… sebenarnya mereka sudah melakukan saving jangka pendek. Kalau sesuai teori, sih. Karena mereka menyisakan uang saku untuk bisa berenang di kolam renang berbayar. Saya jarang menambah uang saku ke sana. Lebih sering pakai uang simpanan mereka sendiri. Hmm… Ada yang perlu sedikit diubah agar mereka juga memikirkan rencana keuangan jangka panjang.
Anak cerdas finansial dari kebiasaan keluarga (sumber foto: freepik) |
Pinjam dari materi Cerdas Finansial Kelas Bunda Sayang ya… Saya tulis ulang sepemahaman saya sebagai ikhtiar belajar membuat publikasi copy paste yang bermartabat.
Begini cara memberi stimulasi agar anak Cerdas Finansial:
1. Paling dasar adalah anak perlu paham bahwa rezeki berasal dari Allah.
Bentuknya bermacam-macam, dan gaji orangtuanya adalah SEBAGIAN KECIL DARI REZEKI. Di sini saya menjelaskan bahwa sehat, perut nyaman, lidah menyecap makanan lezat, adalah bagian dari rezeki. Termasuk, mereka adalah rezeki, karena setiap orang yang lahir membawa sepaket rezeki mereka. Jadi… jika ingin sesuatu yang melebihi kemampuan orangtuanya, mintalah pada Allah.
Saya ajari memvisualisasikan harapan dan doa, dengan cara sederhana. Kebetulan, tiba-tiba kemarin Binbin mengatakan ia ingin tahu rasanya bermain salju. Pas banget dengan game kali ini. Siapa tahu, kan... dapat undangan ke Jakarta sekeluarga dan bisa bermain salju di Snow World International? Tak ada yang tak mungkin. Terpenting jangan membatasi keinginan anak hanya karena rezeki orangtua yang tak seberapa
2. Berdialog tentang arti KEBUTUHAN dan KEINGINAN. Anak-anak harus tahu bahwa ada kebutuhan yang harus dipenuhi dan ada kenginan yang bisa ditunda atau malah tak perlu dituruti. Nah.. rencananya, seminggu ini saya akan ajak anak brainstorming tentang skala prioritas kebutuhan hidup mereka. Perjalanan masih panjang… perlu siapkan banyak amunisi.
3. Melatih membuat mini budget dari uang saku. Mereka sudah kenal ini meski dengan cara sederhana yaitu menyisakan uang saku. Tetapi perlu juga dikenalkan pada target bulanan dan tahunan. Dan yang jelas, perlu ditegaskan agar tidak menghabiskan semua sisa celengan mereka seperti biasanya.
4. Melatih mengelola pendapatan dengan lebih serius. Di sini kami perlu belajar bersama untuk disiplin dengan perencanaan keuangan. Sudah saatnya anak dikenalkan dengan konsep baru, yaitu hak atas rezeki yang mereka dapatkan. Kenalkan mereka pada:
Hak Allah : 2,5 - 10% pendapatan
Hak orang lain : max 30% pendapatan
Hak masa depan : min 20% pendapatan
Hak diri sendiri : 40-60% pendapatan
5. Latih… latih… latih… dan selalu apresiasi jika anak berhasil.
Latih - percayai-jalani-supervisi-latih lagi.
Bismillah…. Kami mencoba berubah bersama-sama. Menuju keluarga Susindra yang lebih baik di tahun 2018. Aamiiin…
Bagaimana proses kami menciptakan anak yang cerdas finansial? Jangan lupa kembali besok. InsyaAllah sudah ada laporan kegiatan yang baru.
Amiin
BalasHapusSemoga kami berhasil
Inspiratif mbak susi(eh ya, salam kenal).ini juga saya sedang berjuang utk mengenalkan literasi finansial pd anak. Sembari juga belajr disiplin diri dalam finansial
BalasHapus