Mengapa Blog juga Disebut sebagai Media Sosial?

25 komentar
Internet menciptakan dunia maya. Dahulu sering disebut dunmay. Lama juga tak mendengar atau menemukan kata dunmay lagi. Berasa seperti menyebut kata jadoel. Sekarang lebih sering disebut media sosial, ya.




Dunia maya senyata dunia aslinya

Meski dikatakan dunia maya, tapi orangnya nyata ada. Senyata saya memang ada, hidup, menjalani keseharian bersama keluarga atau teman. Saya makan, minum, bernapas, tidur, dan berjalan di muka bumi ini. Nyata bisa ditemui kapan saja selama akses memungkinkan. Maksud saya, jarak kita sedang dekat.

Dunia maya, mungkin sebutan ini mengacu pada betapa absurdnya konsep tanpa batas ini jika disebutkan pada tahun 1800an, ketika jarak Belanda dengan Indonesia harus ditempuh selama 6 bulan sekali jalan. 200 tahun kemudian, saya di Indonesia dapat bertemu dengan klien di Perancis secara real time menggunakan Skype, lalu sekarang ada lebih banyak lagi cara.

Saya perlu mengingatkan bahwa di dunia maya, tiap orang punya hak, kewajiban dan kesempatan yang setara di media sosial. Ibu rumah tangga setara dengan CEO sebuah perusahaan internasional. Prinsipnya, kita punya ulilitarisme atau bermanfaat baik.


Media sosial sebagai tempat berinteraksi

Media sosial menjadi tempat proses interaksi antar individu dengan cara menciptakan, membagikan, menukarkan, dan memodifikasi ide atau gagasan dalam bentuk komunikasi virtual atau jaringan. Itulah definisi media sosial secara umum.

Ternyata banyak juga ya, kegiatan di media sosial. Menciptakan, membagikan, menukarkan, dan memodifikasi ide atau gagasan dalam bentuk komunikasi virtual....

Hmm....
Dan tiap aktivitas tersebut harus kita pertanggungjawabkan sendiri. Jejaknya sulit dihapus. Mungkin selamanya. 

Tulisan pertama kita di media sosial, Facebook misalnya, masih bisa diakses, meski sudah belasan atau puluhan tahun. Bukankah mengerikan sekali jika kita pernah menuliskan keburukan, di sana?


Saya jadi ingat pepatah sekali lancung ke ujian.


Mungkin 10 tahun lalu tidak diperhatikan. Tapi di saat yang tepat bisa menikam dan mengancam.

Ciri khas media sosial

Sebelum ngeri sendiri, saya punya catatan tentang ciri khas media sosial, yaitu:

1. Aksesibilitas.

Tulisan, ciptaan, gagasan atau apapun itu, yang sudah pernah kita unggah di media sosial akan dapat diakses oleh siapa saja yang memiliki koneksi internet. Kadang tanpa keahlian khusus dan tanpa batasan tempat.

2. Interaktivitas.

Interaktif, itulah ciri media sosial. Komunikasi 2 arah berlaku di sini meski tak dikehendaki. Entah berapa banyak saya menemukan teman di media sosial yang mengatakan, "Ini medsos saya sendiri, mau menulis apa terserah saya." Di satu sisi memang benar, selama tak ada yang terluka. Tapi jika ternyata melukai orang lain atau secara komunal, pepatah menepuk air terpercik sendiri akan berlaku.

3. Longevity/volatility

Seperti arti kata long yang berarti panjang, pesan yang telah dikirimkan di media sosial dapat disimpan/akses kembali, bahkan bisa dimutakhirkan kembali kapan saja. Maksud saya, mudahnya, status Facebook 10 tahun lalu bisa diakses kembali dan dapat diedit jika mau. Tapi oh tapi... Om Marc memang "nakal", jejak editan ditunjukkan, sehingga jika tulisan itu berakibat jelek, ya hapus saja. Kalau dihapus akan hilang? Hilang dari peredaran, tapi bisa dicari oleh seorang ahli. Jadi tidak benar-benar hilang.

4. Jangkauan

Jangkauan media sosial tidak terbatas. Tulisan saya dapat dibaca teman yang ada di Amerika dalam hitungan detik. Aksesnya tak terbatas kecuali sejak awal saya batasi. Tulisan/postingan yang berstatus public akan dapat diakses siapa saja, dari mana saja, dan kapan saja.

5. Kecepatan

Kecepatan sebuah berita/kejadian/ide yang dibagikan ke publik sangat luar biasa. Realtime atau dalam waktu yang sama. Sebuah serangan teroris di sebuah kota di belahan dunia lain dapat diketahui oleh seluruh dunia dalam waktu yang sama. Sekarang media TV dan cetak agak ditinggalkan karena sangat kalah cepat dibandingkan media berita online.

Sebenarnya.... Tak perlu sejauh itu...

Bagi kami yang tahu, Twitter adalah sumber berita dunia ter-update, meski beritanya singkat dan terpotong mengikuti jumlah huruf di sana. Jika mau banyak, bikin utas atau tread. Mau berita terbaru yang mendalam? Facebook adalah tempatnya. Mungkin terlambat beberapa jam atau 1 hari, tapi kupasannya lebih mendalam. Beberapa akan mengupas lebih personal di blog masing-masing.


Jenis Media Sosial

Mengapa blog dikatakan sebagai salah satu jenis media sosial, saya mengacu pada pendapat Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlein. Menurut beliau berdua, ini lho jenis media sosial itu.

1. Blog.

Blog adalah jurnal secara daring (online) yang menampilkan beberapa topik secara kronologis. Ini definisi blog secara resmi. Kalau saya, mengartikannya sebagai jurnal atau curhatan (atau gabungan keduanya) yang ditulis dengan tujuan tertentu. Saya sedikit mengembangkannya karena memang, jenis blog telah beranak-pinak tak terkendali. Selalu ada yang baru. Blog saya ini misalnya, dibuat untuk tujuan menambah pemasukan keluarga dengan cara membuat review, di blog lain mungkin hanya mengandalkan iklan dan afiliasi. See... banyak juga kan, bentuknya.

2. Proyek bersama/collaborative projects.

Contoh paling mudah adalah Wikipedia. Wikipedia adalah proyek menulis bersama yang berskala raksasa karena di lakukan di seluruh dunia. Luar biasa sekali, menurut saya, karena hampir semua tulisan ada di Wikipedia, dan kontributornya bisa siapa saja. Saya punya akun Wikipedia juga.

3. Content communities.

Tahu Kompasiana, dong? Atau Youtube? Yo pastinya. Dua ini adalah contoh paling mudah untuk content communities, yang memiliki tujuan berbagi isi media dengan sesama pengguna.

4. Sosial networking sites.

Ini yang paling pertama disebut saat bicara tentang media sosial. Facebook, Twitter, Instagram, LinkedIn, dan masih banyak lagi adalah bentuk media sosial yang berbentul sosial networking sites. Untuk menggunakannya harus punya aplikasi dan membuat akun. Aplikasi ini menjadi penghubung antar pengguna dengan menciptakan informasi pribadi, mengundang teman, kolega, dan lainnya.

Dua jenis media sosial lainnya saya tidak kenal, jadi maaf kalau singkat saja. Daripada saya mengada-ada keterangannya dan ternyata tidak tepat. Hihihi

5. Virtual games world.

Virtual games world adalah aplikasi game yang merepleksikan lingkungan secara tiga dimensi dan memungkinkan berinteraksi dengan pengguna game lainnya. Pemain muncul dalam bentuk avatar yang dikehendakinya. Agak pusing saya kalau bahas ini karena minim imajinasi. Hihihi

6. Virtual soscial world.

Sebuah aplikasi media sosial yang memberi kesempatan kepada para pengguna untuk memilih karakter dengan bebas di dunia maya namun tetap berdasarkan kehidupan nyata. Contoh: Second Life. Agak bingung, ya? Hmm... Dunia virtual buatan Linden Lab ini memberi kesempatan pada pengguna untuk menjadi sosok impiannya. Misalnya saya ingin jadi sosok populer di SMA dengan IQ sempurna, menguasai 27 bahasa, menguasai semua macam seni. Sosok ini di dunia nyata cukup sulit dicari meski bukan berarti tidak ada. Saya jadi ingat sosok Eyang Sosrokartono yang tampan luar biasa, menguasai 27 bahasa, berbudaya Jawa di atas rata-rata, berkesenian mulai dari musik sampai seni lainnya.....

Saya ingin menambahkan beberapa informasi mengenai:
1. 7 Pilar (fungsi) media sosial menurut Kietzmann
2. Manfaat media sosial menurut Taprial & Kanwar

Tapi rasanya harus dicukupkan sekian dulu, ya. Kita sambung lagi besok. Agar tidak bosan, gitu.... Yang penting sudah menjawab pertanyaan klasik mengapa blog dikatakan sebagai media sosial.

Related Posts

25 komentar

  1. Suka banget sama pepatahnya mba. Setuju mb meski untuk istilah kerennya saya baru tahu beberapa dari tulisan mb ini, memang sekarang media sosial begitu cepatnya berkembang ya mba, seolah apapun bisa didapat melalui media sosial dan perkembangannya nggak tanggung-tanggung bukan lewat tol lagi, udah kaya MRT cepet banget. Semoga media sosial selalu memberikan dampak positif juga buat kita ya

    BalasHapus
  2. Bener banget mbak jejak digital itu bahaya. Memang sebaiknya jika ingin membagikan sesuatu di media sosial atau blog mesti dipikirkan terlebih dahulu. kadang walaupun sudah kita hapus masih bisa terlacak.

    BalasHapus
  3. I agree with you mbak, jejak digital itu sangat...sangat...sangat berbahaya sekali. Sekali terjerumus akan berujung dihotel prodeo.

    BalasHapus
  4. Saya kurang paham sebetulnya kalau kita bikin Facebook gt ada disclaimer gak sih di awal soal jejak digital. Soal ini memang makanya penting nulis yg baik2 aja ya... Jadi pengen cek tulisan di fb dl2, hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada Licence of Agreement, tapi biasanya nggak di baca. Next next aja pokoknya, biar cepat selesai hehehe

      Hapus
  5. Iya mbak betul banget hati2 dengan tindakan kita, kalau media sosial aja bisa merekam apalagi rekaman Allah ya nanti di hari akhir semua ucapan dan tingkah laku kita diputer huhuu

    BalasHapus
  6. Kita memang harus bijak dalam menggunakan media sosial. Supaya media sosial bisa bermanfaat buat diri kita dan juga orang lain. Jadi manfaatkan media sosial untuk menyebarkan kebaikan☺

    BalasHapus
  7. O begitu ya mbak jadi dikatakan blog sebagai media sosial. Tidak kalah penting adalah penggunaan media sosialnya itu. Medsos hanya alat. Tujuan itu yang paling penting. Terima kasih artikelnya mbak

    BalasHapus
  8. Selama ini media sosial kiranya yang hanya seperti ig, fb, twitter dan lainnya. Ternyata blog juga media sosial toh, hmmm

    BalasHapus
  9. Penting ini share yang baik-baik. Menulis baik itu di blog, FB, maupun WA. WA sih yang paling cepet. Apalagi ada poster-poster tinggal share itu. Gawat...Makasih remindernya...

    BalasHapus
  10. Jangkauan sampainya tulisan, materi hingga cara penulisan yang bisa sangat personal, membuat blog bisa digunakan untuk sosialisasi, tentunya dengan mereka yang satu frekuensi.

    BalasHapus
  11. Memang dunia digital mempermudah segalanya ya, untung media sosial fb ku jarang banget update, ehh pas terjun media sosial blog harus posting di media sosial fb juga ya isinya paling yang keperluan untuk lomba2 aja ga pernah update yang lain unyungnya di fb. Tapi fb memang jangkauannya lebih luas ya.

    BalasHapus
  12. Yup. Setuju banget kalo kita harus benar-benar memperhatikan apa yang kita tulis di media sosial karena bisa dibaca oleh banyak orang dan pastinya jejak digital yang gak akan pernah hilang. Semua itu bisa jadi bumerang suatu hari nanti kalo apa yg ditulis negatif.

    BalasHapus
  13. Saat ini oengguna blog juga semakin bertambah ..juga bertambah juga kepentingannya..ada yg sekedar curhat, bisnis bahkan politik atau lainnya ada juga yang memanfaatkan untuk menebarkan masalah/kebencian... inilah problematika dumay kita..blog terutama...

    BalasHapus
  14. Kalau saya sih anggap medsos sama kayak rumah, terserah yang punya ngisinya gimana. Kalau nyata2 berkata kasar tentang orang lain ya tidak boleh. Tapi kadang2 ada yg sharing kebahagiaan dianggap pamer. Bagi saya medsos ya memang tempat pamer, pamer bahwa kamu pamer dan pamer bahwa kamu tidak pamer. Sama saja. Tapi kita tidak bisa judge, kehidupan nyatanya siapa tau berbeda. Kita nikmati saja, kalau kita tidak suka baca cerita orang lain yang turn off saja notifikasinya. Saya begitu sih, hehehhe.

    BalasHapus
  15. Memang intinya media sosial itu ya tempat berinteraksi banyak orang, di blog bisa juga tuh buat interaksi misalnya di kolom komentar. Ya meskipun fasilitasnya terbatas jika dibanding dengan media lainnya.

    BalasHapus
  16. Media sosial, media yang digunakan untuk melakukan interaksi sosial atau melakukan aktivitas sosial melalui berbagai media. Ini sih yang bisa kutangkap dari arti sosial media. Blog memang menurutku salah satu bagian juga. Dari pemahamanku, blog memang tempat untuk berinteraksi tepatnya menyampaikan aspirasi dan juga berkomentar kan salah satu bentuk komunikasi

    BalasHapus
  17. Jadi tahu alasan mengapa blog disebut media sosial...
    Dan saya fokus ke jejak digital. Karena terbukti beberapa tokoh bisa dibuka lagi jejak digital entah kok ya masih ada yang nyimpan...seperti nelan ludah sendiri jadinya kan .
    Apalagi kalau kita nulis sesuatu yang buruk..dan baru sadar beberapa tahun sesudahnya..huwaa!

    BalasHapus
  18. penggunaan media sosial sekarang sudah layaknya dunia nyata kak, isi hati yang gak ada orang tau pun untuk beberapa orang di jadikan status. tapi gpp lah, asal bijak aja.

    BalasHapus
  19. Yang nomor enam saya belum pernah nyoba. Pernah dengar soal Second Life tapi juga belum pernah daftar. Seru kayaknya ya, jadi sosok "sempurna" meski cuma di dunia virtual. Bisa jadi bahan tulisan juga. Hehe...

    BalasHapus
  20. BeHangat.Com jadi tahu ternyata blog bisa masuk kedalam kategori media sosial, BeHangat.Com kira media sosial itu hanya FB, TW, IG dan sebangsanya.

    BalasHapus
  21. Betul nih, tulisan di media sosial adalah jejak digital. Saya suka malu mbak manakala Om Mark munculkan tulisan saya saat awal-awal kenal doi, tulisan itu banyak typonya, ada juga singkatan yang alay, hiii... Untunglah sudah kembali ke jalan yang benar, hi-hi-hi

    BalasHapus
  22. Saya setuju sih klo blog dibilang sbg media sosial.. Hanya saja medsos lain biasanya postingannya singkat2.. Neda dengan blog.

    Tapi tujuannya sama saja kok..

    BalasHapus
  23. Aku jadi inget pernah posting di blog tentang curhatan yang aku rasa kurang aman. Ketika postingan itu aku tarik ternyata sudah terlanjur terindeks. Dan meski sudah minta penghapusan indeks masih muncul di Google mba..meski Artikelnya sudah tak bisa diakses

    BalasHapus
  24. Aku sendiri sangat hati-hati ngepost sesuatu di medsos. Selain alasan diatas saya juga tetap ingin membagi ranah privat dan umum. Hihihi

    BalasHapus

Posting Komentar